Mawarku,
Telah kehilangan duri dan warna
Matahariku,
Namun tak lagi terang cahayanya
Manis madu,
Kini hanya tersisa aroma
Rumahku,
Tiada lagi punya pintu dan jendela
Aku di luar logika
Aku tiada mampu melihatmu
Kecapku kun tiada lagi indah untuk meresapimu
Hatiku menutup sendiri
Tak mengizinkan kesempatan apapun tuk memasuki
Yang sejati
Yang tak akan pernah lagi
Ketika sore tiba lagi, terikmu yang tiada lagi memanasi bumi, daku siap menyambut malam, yang kan segera menyelimuti.
Tapi malam membuatnya takuy
Hanya dia dengar suara jam bergemuruh seram
Membuatnya seolah berkawan
Tapi pagi membawanya sendirian
Semua langkah pergi menjauh
Semua suara pergi, sibuk meniup ramai
Hanya dia diam sendiri
Dia terkesal oleh prasangka
Memilih tenang dalam kebingungan
Miliknya arah mata angin sejumlah dua belas
Semakin hingar jika ia memilih satu saja
Sungguh dia kini kesunyian
Terhalang tembok hingga sesuatupun tidak temukan
Dimana dia?
Masih apa?
Masihkah dia?
Mawarku, kehilangan duri dan warna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar