Selasa, 08 Maret 2016

ketika amanah berbuah berkah *chapter satu*

tulisan kali ini, klo dianalisis lebih jauh, klo diresapi dengan sangat baper, nggak lain adalah lanjutan dari tulisanku sebelumnya.. mumpung masih sempat, mumpung masih hangat rasanya..

zzkk.. pengen nangis, nangis bahagia, BAHAGIA SEBAHAGIA-BAHAGIANYA orang yang lagi bahagia.. seperti orang yang habis dihempas ke jurang lalu diangkat dan diajak terbang.. awalnya lega, trus bahagia, jadi tambah semangat, selalu ceria, mulai menebar aura positif, sambil senyum, senang senyum, senyum yang paling manis setiap hari.. cek aja langsung ceritaku ya, yah, asik ga asik tetep asikin ajaaa :3




[Ketika Amanah Berbuah Berkah]

bulan oktober aku diberi amanah jadi koor acara untuk acara YANG KEREN ITU. yah, karena aku mengganggap diriku ini anak ayam -bukan anak elang- maka aku menolaknya mentah-mentah. menolak sekeras yang aku bisa. tapi bukan IMSAC namanya kalo ga memaksa anggotanya jd sesuatu. karena amanah ini pemberian bukan penawaran, alhasil, aku tetap dan fix maksimal jadi koor acara KEMAREN ITU

bulan november aku mulai berpikir keras. berpikir supaya acara ini jd bagus meski baru pertama kali diselenggarakan. berpikir supaya semuanya sempurna dan semuanya berakhir bahagia. berpikir supaya gengsi IMSAC naik karena acara ini sungguh ga bisa diremehkan. berpikir semuanya terlalu duniawi. terlalu materi. terlalu melebih-lebihkan kemampuan sendiri.

bulan desember aku dan kawan-kawan acara bekerja lebih keras. pagi kuliah, siang praktikum, sore rapat, lalu malam menyelesaikan pe-er dari rapat-rapat kami. saling berkoordinasi. bagi-bagi tugas. seru sekali memaparkan ide-ide briliant. kami semangat sekali mengungkapkan ide ini ide itu , konsep ini konsep itu, rekom ini rekom itu, dan ini-itu ini-itu lainnya yang saking banyak malah bkin kami pusing. tapi, dengan adanya keterbatasan biaya dan tenaga serta waktu, agak membantu kami mengurangi ini-itu yang sudah menumpuk ga karuan. konsep pun matang -emm mungkin setengah matang-. tapi lagi-lagi, ini soal materi. ini soal gengsi. ini soal pengakuan diri. ini masih terlalu orientasi duniawi. sayang sekali, terus begini tanpa kami semua sadari. 

bulan januari seharusnya menikmati indah masa berlibur. bulan januari ketika kami justru dibuat semakin pusing karena hari-h semakin dekat namun masih banyakkk sekali yang belum dikerjakan. tapi kenapa aku gatau diri hmm. malah senang-senang sama keluarga. malah lupa sama amanah koor acara. yang.. yahhh klo aku ini karyawati sebuah perusahaan, pasti sudah dipecat karena kerja nya ilang-ilangan. lari ketika dibutuhkan. so, di bulan januari, aku adalah crew yang gagal. gagal dalam aspek duniawinya, lebih pada aspek pekerjaan teknis acara. dan lagi-lagi, tanpa aku sadari, aku kecewa sekali. padahal, padahal ya padahal, do'a yang crew panjatkan selama liburan ini, jauh lebih berarti dibanding apapun. 

bulan februari, akkkk, semakin pusing. tentu saja. ACARA KEREN ITU bakal terjadi di awal maret dan pasti terjadi (atas izin Allah) tanpa bisa ditunda-tunda lagi. apa yang terjadi sama koor acara ini ya? yuk kita tengok lagi

tambah kurus kah... enggak juga soalnya ketika mikir tambah banyak, asupan gizinya juga ngikutin gitu, hihi. 

tambah cantik kah... nahhh itu dia, yang terjadi justru sebaliknyaaa hihi. penampakan koor acara semakin ancur dari hari ke hari, tiba-tiba tidur di sembarang tempat, tiba-tiba buka laptop di sembarang tempat, bikin juknis di sela-sela kuliah, ngetik ini ngetik itu, ngehubungin sana-sini buat konfirmasi, dikit2 koordinasi sama sie lain, kadang sungkan juga klo nambah2i tugas sie lain,

sudah kayak gitu, belum juga habis.. koor acara masih harus bantu-bantu promosi acara, masih harus ikut andil meriahin acara kampus yg lain-lain, masih ngurusi anak magang, masih ngurusi komunitas ku jugaa, tambah lagiii masih harus bangun pagi2 buat nyiapin tutorial di kampus (btw setiap senin-rabu-jumat aku selalu mulai tutorial jam 6 pagi kurang sedikit).. sudahlah.. sok sibuk banget ya deskripsinya, yang paling mengkhawatirkan adalah keadaan kamarku yg sebulan ini ga sempat "pernah rapi". semuanya kayak kapal pecah baik otak, pikiran, hati, serta kamar kos tercintaaahh..

bulan februari ketika h-14 hari. 
peserta terdaftar masih 10 persen dari target awal yang para petinggi rumuskan di awal pembentukan EVENT BADAI INI. suer, keganggu bangeeett sama angka itu, sungguh meresahkan. sempet ada bisikan gini ke hati, "fokus be, kamu itu koor acara ndang bkin aja konsepnya sebahagia mungkin." tapi di satu sisi ku ga tenang juga laa, yang akhirnya ku malah ikut2an fokus ke promosi. acara jd agak dilemaa gitu. mungkin ga sii, konsep ruangan segede rencana awal itu cuma keisi 10 persennya aja? seolah aku mau lomba bekelan di lapangan bola standar internasional. ga meriah sama sekali sodara pemirsa yang kucintaaaa... takut mengecewakan pemateri yg kece badaii ugaa huhuhu.

yap. h-14 ini jadi waktu yang sangat krusial buat semua koornya ACARA YANG MASYAALLAH ini. semuanya sibuk membuat plan A, plan B, plan C, dan seribu juta plan lain untuk jaga-jaga kemungkinan terburuk. tapi yang membuat semakin panik itu, ialah, rasa-rasanya, kok cuma koor aja yg panik? panitia di bawah koor itu suantainyaaa allahuakbar kak T.T. semangatnya ga kelihataaann.. euforia acaranya ga kedengeraaan, ga kerasaaa, kurang membahana. koor-koor pun merasa sediih. seperti kurang ada rasa saling memilikiii di perjuangan ini. peserta 10 persen target tapi gini-gini aja.

akhirnya kakak ketua umum IMSAC pun tega-tegaan sm koor-koor inti. dia memberi beban-beban moril kepada para koor. tolong memberi contoh. tolong memberi bimbingan. tolong menjadi yang paling terakhir semangat ketika yang lain sudah putus asa. tolong SHOLAT MALAMNYA DIJAGA. karena bergantung sama Allah itu penting banget! karena manusia itu aslinya lemah banget! karena Allah itu tanganNya mengulur panjang buat hamba-hamba yang berusaha meminta, yang berusaha menarik uluran tangan Allah untuk dirinya. apalagi ACARA FESTIVAL ini fokus sama DAKWAH, fokus sama CITA-CITA PERBAIKAN GENERASI ISLAM. 

h-14 menjadi titik perubahan kami, bahwa "Jangan ukur segalanya dari sisi materi atau sisi duniawi, karena hidup tidak untuk berakhir di dunia, tapi segala usaha kita di dunia ini, untuk memulai hidup baru yang paling baik di akhirat nanti."

h-14 juga jadi titik kesadaran kami, "Bahwa kami terlalu sombong untuk urusan ini. kami menganggap semua beres dengan hasil tangan-tangan lemah kami. kami lupa kalau hanya Allah yang bisa memastikan hasilnya, sedang kami hanya sampai pada menentukan sekeras apa harus berusaha."

oh Allah. terimakasih atas berkah pertama yang tiada terkira.

lanjut chapter berikutnya.. gas poool

Tidak ada komentar:

Posting Komentar