Jumat, 09 Desember 2016

ketika ujian

Tidak akan cukup.
Hanya dengan meyakini semuanya kan baik-baik saja.

Tidak akan cukup.
Hanya dengan menghadapi semua dengan senyuman dan berpikir positif.

Tidak akan cukup.
Hanya dengan menjalani semua dengan sabar dan bersemangat.
Lantas menikmati pelik di hati tanpa berusaha melepas diri darinya.

Tapi ikhlas akan cukup.
Ikhlas hingga tiada sesuatu apapun yang dirasa pahit.
Dan menjadikan akhirat satu-satunya motivasi dalam hidup.

Karena benar adanya, motivasi keduniaan itu palsu.
Berharap pada keduniaan itu amat lemah.
Dunia yang keji ini hanya untuk singgah.
Sedang akhirat yang damai ialah tujuannya.

Izinkan ikhlas bersemanyam di qalbu.
Hati kami.

...


/katanya, kalau kita minta kepada Allah supaya diperingan ujiannya, itu berarti kita nggak tahu diri. siapa kita, sudah bisa memberi apa ke Allah? kok enak minta-minta? padahal ujian kita itu gak seberapa dibandingkan Nabi Ibrahim yang dibakar hidup-hidup, atau Nabi Ayyub yang sakit sampe 7 tahun, atau Nabi Musa yang menghadapi ayahnya sendiri sebagai musuh. Tapi beliau masih mensyukuri dalam kesulitannya.
/skip that!
/kenapa lebih meminta agar Allah mudahkan ujiannya ketimbang meminta agar diikhlaskan menjalaninya?
/ikhlas itu seperti gula. sepait apapun dunia, akan terasa manis.
/ikhlas itu seperti hadiah terindah dari Yang Maha Kuasa. segala kekuasaanNya akan kita jalani dengan dada yang lapang. sesempit apapun akan jadi luas, segerah apapun akan jadi sejuk, sesakit apapun akan jadi nyaman, dan sepahit apapun akan jadi nikmat. mana ada alat buatan manusia yang bisa menandingi kehebatan ikhlas?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar