Kali ini aku mau bercerita tentang pasien kasus ujianku di stase penyakit dalam. Seorang bapak, usianya 64 th, sebut saja Pak M.
Kenapa ku sebut pasien pengabdian, karena pengabdiannya terhadap ujianku lumayan, pengorbanannya yang begitu besar. Pak M. sebetulnya sudah dari awal menyadari bahwa dirinya menjadi pasien ujianku, kasarnya sih dibuat percobaan oleh seorang sarjana kedokteran bodoh yg sedang menimba ilmu di keprofesian. Kebetulan, Pak M. lah yang "beruntung" yang ditunjuk oleh dokter pembimbingku untuk menjadi pasien ujianku. Namun, qadarullah Pak M. tetap bersedia dan begitu sabar selama pemeriksaan oleh koas lamban seperti aku. Hehe.
Kata dokter konsulenku waktu itu, "Pak M., setelah ini kita diskusi di poli ya sama dokter mudanya. Nanti dokter mudanya yang periksa." Sambil bersalaman dengan Pak M. Aku pun tersenyum lebar (lebih karena kaget karena mendapatkan kasus yang sulit) dan memperkenalkan diriku kepada Pak M dan istrinya yang bercadar. Alamak, aku tak enak pada istrinya karena setelah ini aku bakal pegang2 Pak M. yang bukan mukhrimku, dan istrinya tahu akan hal itu.
Ujianku dimulai pukul 8 pagi. Aku, saat itu mencoba melemaskan diri dengan wawancara terlebih dahulu. Sambil sesekali aku selipkan beberapa gurauan, yang mungkin beberapa tidak lucu, tapi Pak M. tetap tertawa dan aku senang. Suasana ujianku menjadi tidak tegang dan begitu nyaman. Pak M. juga baik sekali, mau menjelaskan semua tentang dirinya dan sakitnya kepadaku, secara rinci dan berurutan. Pak M. juga tidak sungkan-sungkan ketika kuminta menunggu sebentar karena aku sambil membuat laporan pemeriksaan.
Aku jadi bingung. Kenapa ada orang sebaik ini padahal beliau sakitnya lumayan keras.
Beliau ini sudah sakit sejak usianya masih 56 tahun, yakni sekitar 8 th yang lalu. Kala itu Pak M. sedang melaut bersama teman-temannya, memancing ikan, dan memakan hasil tangkapannya sendiri yang disajikan dalam menu bakar-bakaran. Saat itu sebetulnya Pak M. merasa sehat. Namun, sepulang dari melaut, Pak M. muntah-muntah dan BAB nya menjadi berwarna hitam. Pak M. saat itu dilarikan ke puskesmas lalu dirujuk ke Rumah Sakit Daerah (RSD). Beliau divonis sakit Melena, yang saat itu beliau sebut penyakitnya bernama "Milenia", sambil mengaku kalau beliau agak lupa-lupa dengan sakitnya apa karena terlalu lama.
Pak M. sudah menjalani berbagai pemeriksaan seperti tes virus, tes rontgen, bahkan endoskopi. Istri bapak menjelaskan kalau hasil endoskopi menunjukkan ada saluran makan yang berlubang dan sering perdarahan. Pak M. sering masuk keluar rumah sakit karena melena dan harus melakukan transfusi 2 sampai 3 kantong. Hal ini sudah Pak M. jalani sejak 2 tahun terakhir.
Penyakit Pak M. sebetulnya adalah sirosis hati alkoholik yang justru tidak diketahui oleh Pak M. Hal ini sengaja tidak diberitahukan kepada pasien karena kondisi psikis yang kurang memungkinkan, sehingga dokter kala itu hanya menjelaskan kepada istri Pak M. Sepanjang sakit, Pak M. jg sangat tergantung pada istrinya yang diakuinya sangat sabar merawat Pak M. Istri menyuruh Pak M. berhenti merokok, berhenti minum soda, dan tidak minum legen lagi. Istri juga yang mengatur semua obat-obatan yg hrs diminum rutin dan mengatur menu diet Pak M. yang batasan-batasannya sangat banyak. Istri juga menyuruh Pak M. berhenti bekerja dan menggantikan penghasilan dengan membuka toko kelontong.
Bagiku, keluarga Pak M. adalah keluarga tempatku belajar sabar dan menerima. Pak M. dengan sakit yang begitu keras, mampu bertahan hingga 8 tahun, mungkin karena sikap sabar dan syukur nya selama mendapatkan penyakit itu. Pak M. bilang, kalau sakitnya ini sudah digariskan kisahnya oleh Allah SWT. Pak M. bersyukur karena sakitnya ini, dia dipertemukan oleh orang2 baik seperti dokter dan orang yg merawatnya. Pak M. juga bersyukur karena sakit jadi tidak bekerja jadi bisa selalu menemani istrinya. Selain itu, Pak M. bersyukur ini bukan kanker yang bisa langsung membuat akhir hidupnya.
Masyaallah.
Allah.. aku yang sehat menjadi sangat malu, tidak aku punyai sifat sabar dan ikhlas seperti Pak M.
Pemeriksaan ku kala itu berlangsung hampir 4 jam. 2 jam wawancara dan pemeriksaan fisik, dilanjutkan dengan pemeriksaan lab. Ku ambil darah Pak M., kala itu aku gagal berkali-berkali, di tangan kanan dan kiri. Karena kondisi bapak memang sangat lemah dan pembuluh darahnya kecil dan tipis. Mengambil darah jadi sangat sulit.
Bapak waktu itu berkata untuk menyemangatiku, "Gapapa mbak, bapak gak sakit, dicoba sampai bisa." Aku terharu. Sangat terharu. Sampai akhirnya aku bisa mengambil darah Pak M. melalui pembuluh yang di kaki. Alhamdulillah waktu itu sekali coba aku bs ambil, meskipun nyeri sekali, nyerinya berkali-kali lipat, tapi bapak tetap sabar dan tidak mengeluh.
Kemudian aku minta izin ke Pak M. untum melakukan pemeriksaan darah dan urin, dan akan memakan waktu sangat lama. Selama periksa lab itu, Pak M. mau saja kuminta untuk menunggu. Bahkan menurut ketika kuminta untuk tidur dulu saja karena pemeriksaan lanjutan berupa pemeriksaan lab darah dan urinnya akan lama. Alhamdulillah.
Ujianku berakhir tepat setelah 4 jam. Kemudian dokter pengujiku datang dan mewawancarai aku dan Pak M. Ujianku hanya 15 menit di depan Pak M. lalu ujian selesai. Pak M. aku kembalikan ke kamar rawat inapnya. Ku hanya bisa mengucapkan terimakasih dan 2 kotak kue untuk bapak dan istri. Aku tidak bisa memberi apa-apa. Harapanku hanya, semoga saja nasihat dan masukanku untuk penyakit sirosis hati yang tadi kujelaskan selama pemeriksaan bisa bermanfaat untuk Pak M.
Barakallah, untuk Pak M. dan keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar