Oh ya. Pertanyaannya masyaallah.
Bagi beberapa orang yang dekat sama aku di jember, pasti merasakan, aku begitu tidak menikmati kehidupanku di fk sini. Perihal kuliah yg banyak materi, persoalan yg sedikit rumit, tugas-tugas yang banyak, aku pun sedikit-sedikit banyak keluhan. Sedikit banyak murung dan berkesedihan. Sedikit-sedikit mengalah pada setiap masalah, berlari, menepi, dan menghindari semua kemungkinan. Takut mencoba hal-hal baik karena keminderan.
Intinya, bagi orang-orang itu, hidupku disini tidak seasik yang dulu-dulu. Tidak seberagam dengan kisahku di tempat rantau sebelumnya. Aku tidak semangat seperti di sekolah ku yang dulu. Tidak ada gairah untuk membangun peradaban di lingkungan yang baru. Cenderung diam menghindar dan menikmati hidup tapi seolah aku menderita terus.
Yah, bagiku, semua ini tentang tiadanya rasa syukur. Aku mendeteksinya sekitar 2 tahun yg lalu, ketika sahabatku dari Jogja berulang kali mengingatkanku untuk lebih ikhlas dan bersyukur. Hatiku sungguh masih jauh dari kedua makna tersebut. Hatiku rapuh dengan mental yg lemah. Aku bisa jadi dikenal orang yg paling sabar sedunia karena menahan rasa sesak sendirian, dalam waktu yg cukup lama. Bisa jadi juga aku org yg paling berusaha sedunia, yg ingin sekali mendapat ikhlas, tapi sampai sekarang yg kuhadapi masih seseorang yg rajin mengeluh saja.
Apa yang kutinggalkan di belakang seharusnya tetap tinggal. Tapi aku selalu memaksakan diri untuk membawanya serta. Akhirnya aku hanya sibuk mengingat-ingat nikmat luar biasa yg kurasakan sebelumnya, dan tak lelah pun membandingkan hari lalu dengan hari ini. Sampai terlupa bahwa di depan mataku, ada yang harus kuperjuangkan dengan ikhlas, dan ada begitu banyak nikmat yg harusnya pandai-pandai aku syukuri.
Sayangnya, ku hanya mengeluh dan mengeluh sampai seterusnya. Aku selalu menunjukkan bahwa hidupku rasanya sulit. Aku menyerah menghadapi masalah yang terjadi dalam diriku. Aku hanya menunjukkan hidup susah pada orang-orang disekitarku. Berteriak-teriak meminta pertolongan, selalu mengandalkan orang lain sebelum diri sendiri, bergantung pada lingkungan, lemah dan ketakutan saat menghadapi kenyataan sendirian.
Padahal, semua orang hidup dengan berat. Berjuang dengan keras. Cuman kadang kita yg merasa dunia ini hanya terpusat di kita, menganggap yg kita lalui itu sudah paling berat, pdahal tidak benar. Diluar sana, banyak sekali kisah yang lebih pedih dan menyakitkan daripada kisah kita yg selalu kita perdengarkan ke orang lain. Daripada keluhan-keluhan ringan sehari-hari yang terlampai sering kita utarakan.
Seharusnya, aku yang berbagi bukan yang meminta tolong kepada orang-orang. Hidupku cukup. Keluargaku utuh. Parasku normal. Tubuhku sehat. Adik-adikku manis dan baik. Orang-orang disekitarku menghormatiku. Tapi aku hanya mengeluh dan mengeluh tentang KULIAH DI FK YANG TIDAK COCOK. Karena terlalu berat. Atau mungkin karena aku yg tidak mau berusaha lebih keras, tidak ada semangat untuk belajar lebih giat.
Bukan karena aku terpaksa kuliah di FK.
Tapi karena kurang bersyukur sudah diterima di FK. Kurang bersyukur saja.
Jember: RQM Al ikhlas 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar