Jumat, 02 November 2012

menukil dari catatan birunya

Ada yang berdesir ketika ku mencoba meniti wajahmu lagi. Malam ini, diselimuti kegundahan nestapa di hati, aku merasa kembali ke masa-masa indah dulu. Ku buka album usang itu, memandangi dirimu di salah dua foto, terbingkai jelita di mataku. Untuk sekali ini saja. Cukup malam ini.
Sanubariku gemetar. Karena ku sadar, itu hanya cerita lalu. Masa-masa ketika aku tertawa dan menangis bersamamu. Merasa nyaman setiap kau ada di dekatku. Tak perlu kau khawatir, aku akan baik-baik saja karna dirimu ada untukku.
Aku mulai tersadar.
Harapanku masih tertinggal di auramu, MD..!
Senja-senja teduh, selalu ingat untuk membawaku kembali ke senja-senja biruku bersamamu. Dimana aku tak pernah lalai untuk tersenyum tiap bersua, tertawa tiap bersapa, bahagia tiap hembus nafasku hanya demi kamu. Dirimu yang mampu menyihir urat sarafku, bekerja istimewa dan mempersembahkan hanya yang terbaik untuk hidupku dan dirimu.
Sempat tersebit sebentar dalam rinduku untuk kembali lagi ke masa itu. Aku masih ingin bisa melihat senyum jenakamu itu. Aku masih ingin, bisa merasakan aduhai saat kau tiba-tiba memanggil namaku. Aku masih sangat ingin. Iya, MD..! Ternyata aku terperangkap merindukanmu. Entah kenapa.
Akankah aku bisa kembali ke masa itu? Bisakah aku merasakan kedamaian hidup itu sekali lagi, MD? Malam ini, kucoba bercengkrama pada fotomu di albumku.
Kau tahu, foto itu membuatmu hidup di mataku. Menjelajahi kerongkonganku dan berhenti di hatiku. Menetap disana hingga suatu waktu yang aku pun tak tahu. Kau ukir namamu di hatiku, dengan segala yang ada pada dirimu. Membuatku diam dan berharap bisa melakukan hal yang sama di hati sucimu.
Sejenak, dan itu sering terjadi, aku merasa beruntung pernah mengukir kenangan agung bersamamu. Mengabadikannya dalam bingkai cerita dan memandanginya kapanpun aku rindu akan kehadiranmu.
Kau bingung? Maksudku, foto kita berdua saat kau sedang memakai kostum, menjelma maskot lucu di salah satu acara besar sekolah kita. Apa kau ingat?
Mungkin tidak.
Mungkin hanya aku yang ingat.
Aku mungkin terlihat bodoh saat mengajakmu foto waktu itu. Berharap lebih tanpa peduli bahwa bukan mustahil kenyataan pahit telah menungguku di depan sana. Apa aku sepenuhnya salah waktu itu? Sedang aku hanya gadis kecil yang dibutakan oleh desiran hatinya pada seseorang yang amat baik dan rupawan. Tak sempat khawatir akan hal buruk yang mungkin terjadi ke depan.
Kau perlu tahu, bahkan sampai detik ini, kaulah yang istimewa di hatiku. Kau yang mampu mengoyak emosiku hingga terburai kesana-kemari, meninggalkan ku sendiri dengan sisa rona merah muda macam orang kasmaran. Menyisakan kebahagiaan. Juga kedamaian. Juga kehangatan. Dan juga rasa aman.
Namamu selalu terdengar indah di kepalaku. Terngiang terus, hingga tak terhitung berapa kali sudah ia berdengung di antara kedua daun kupingku. Menjadi pupuk bagi benih-benih kasihku untukmu.
 MD,
Apakah? Apakah ada hatimu untukku? Apakah hanya aku yang merasa sangat senang jika kita sedang bersama? Apa hanya aku yang gembira saat melihatmu tersenyum bahagia? Apa hanya aku yang merasa lega saat mendapati kita berdua baik-baik saja?
Apa iya?
Ah, terkadang aku terlalu takut untuk mencari jawabannya. Bisa jadi, menutup mata dari kenyataan yang sebenarnya, malah membuatku terus merasa menjadi gadis paling bahagia di dunia. Aku tahu ini salah. Semakin aku menghindari fakta yang tak mau ku ketahui itu, akan semakin menyiksa saat aku akhirnya tahu mana perkara yang sesungguhnya. Bila ternyata ia jauh dari kata-kata harapan yang ada.
Benarkah aku terlalu pengecut?
Kupikir iya. Hingga aku memaksa untuk sudahi saja rindu ini. Cukup dengan meraba foto-fotomu itu, MD... Itu sudah lebih dari luar biasa untuk membuatku tersenyum kembali. Bahagia sekali lagi. Membantuku membuka pintu harapan itu, namun tak kuasa untuk memintanya naik lebih tinggi.

Cukup adalah kata yang paling cocok menggambarkan persembahanku untukmu.

Ifi,
I'm in focus. 

 




It was dedicated to MD, My Dream..

3 komentar: