Mungkin, aku tak memiliki kenangan manis saat bersamamu. Hanya tertawa
biasa. Hanya bercanda biasa. Hanya sempat bersua yang tak lebih dari
biasa-biasa saja.
Aku hanya senang bisa melihat senyummu. Bahagia mendapatimu baik-baik
saja, bercanda dengan kawan-kawanmu di sana. Meski hanya bisa melihatmu dari
jauh, tetap saja, desir halus itu berhasil menjangkau nadiku. Dan terpaksalah
aku, menahan diri untuk tidak terlihat salah tingkah di depan matamu.
Jika kau mengerti betapa keras usahaku untuk terlihat biasa-biasa saja.
Jika kau sadari betapa berat rasanya, harus menahan pipi ini bersemu agar tidak
membuatmu memahami perasaanku. Jika saja, dan jika ternyata, kau mulai merasa
ada yang aneh pada diriku. Aku sungguh tak tahu harus bilang apa padamu.
Sesungguhnya, aku belum yakin benar, apalah yang selama ini aku rasakan
kepadamu. Hanya saja, ia amat berbeda. Ada keistimewaan di sana. Mungkin bagian
dari keistimewaan-keistimewaan yang kau punya. Yang aku menyukainya. Membuatku
selalu ingin lebih dan lebih mengetahui tentangnya. Selalu ingin tahu bagaimana
kondisinya.
Hari demi hari, perasaan ini tumbuh lebih bijaksana. Senantiasa
membuaiku dalam rona bahagia, hingga aku nyaman bila bersama. Tak ingin ia
pergi meninggalkan hidupku hampa jika memang tiba saatnya.
Laun tapi pasti, rasa ini cukup membuatku buta. Apalah arti suka, jika
kau tak berharap pula pada orangnya. Hmmph, namun tidak demikian yang terjadi denganku. Justru aku
tidak terlalu berharap kau memiliki rasa ini juga, juga kepadaku. Aku mengerti
sekali bahwa hidupmu di tanganmu. Bukan kuasaku untuk menggoyahkan keputusanmu.
Cukup doa yang bisa kupersembahkan untukmu. Karena aku ingin, doa-doa itulah
harapanku untuk bisa bahagia karenamu dan kau bahagia karenaku. Begitulah.
Satu-satunya asa adalah melihatmu bahagia. Sederhana saja. Sesederhana embun di
pagi buta.
emang sederhana banget ya fah :D
BalasHapus