Minggu, 20 September 2015

kenapa amat menyakitkan?

Ketika memendamnya terasa sesak, kenapa ketika diutarakan menjadi amat menyakitkan, Langit?

Aku menyesal telah mengatakannya. Walaupun jika tetap aku pendam, tidak akan ada yang bakal berubah. Tapi pengakuan ini amat menyakiti hatiku. Langit.. apakah kamu tahu rasanya?

Hari minggu pertama di tempat itu, aku mengalami kesulitan yang amat sangat menghadapi massa yang terus membuat masalah di depanku. Teriakan pertamaku tidak digubris, berikut gertakan kedua, ketiga, dan seterusnya. Mereka justru sedang bertengkar di hadapanku. Oh tidak... aku harus bagaimana aku tak tahu. Lalu Bapak itu datang menghampiri dan membantu menyelesaikan masalahnya. Mereka kembali diam, tenang, dan dapat dikendalikan olehku. 

Hari esoknya, aku kembali ke tempat itu. 
Aku asyik bermain dengan penduduk setempat. Saling memberi salam, mengatakan apa kabar, dan gembira riang. Hari itu aku hanya berjalan-jalan keliling desa dan kemudian kembali ke tempat itu. Lantas aku dan kawan-kawan melakukan senam bersama ketika pagi mulai memanas dan siang mulai diam-diam menghampiri.  


Tapi ada yang lain di hari itu. Seseorang mengamatiku terus, orang itu asing, seorang laki-laki muda, dan seperti penduduk daerah situ. Risih. Aku risih sekali, pun aku lupa membawa masker ku. Jadi aku senam sambil sedikit menghindar-hindar dr pengamatannya. Tapi apa daya. Aku harus tetap ceria dan semangat, karena ini demi masa depan penerus kami, para harapan bangsa. 

Baru kemudian di pekan selanjutnya, aku ke tempat itu lagi. Aku bertemu dengan orang asing itu lagi. Orang itu selalu memberi senyum ke arahku. Kesantunannya yang tidak seperti orang santun, membuatku sangat risih ketika di dekatnya. Ditambah lagi jika ingat, minggu yang lalu, orang itu dan dedengkotnya terus berusaha mengambil fotoku. Hari ini aku jadi tahu. Orang itu adalah teman si Bapak. Dia terus mengolok-olok aku dengan si Bapak, seperti tingkah anak SD saja. 


Kejadian ini yang aku sampaikan kepada teman-temanku, Langit.. pertama kali menyampaikannyaa, aku saaaangat takut, aku sangat malu, dan aku merasa amat sesak jika terus menyimpannya. Tapi kenapa setelah semuanya terungkap, rasanya justru semakin sakiit?

Mereka bilang ini pelecehan terhadap ku. Ya Allah, Astaghfirullah, sakit sekali saat mendengar kosakata itu yang keluar atas kejadian yang menimpaku. Kejadian demi kejadian yang membuatku merasa sesak dan tidak nyaman selama pergi ke tempat itu. 
Kenapa amat menyakitkan, Langit? Aku yang terbiasa jaim dan dunia yang terbiasa melihat aku baik-baik saja, kini mengetahui bahwa aku ini sangat lemah dan kasihan. Ya Allah, ini sangat sakit.. Mohon ampun Ya Rabb, aku mohon ampuuun

Kini dunia tahu aku yang sebenarnya. Apalah aku ini. Bahkan untuk jaim pun, aku tak bisa lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar