Sabtu, 26 September 2015

sejenak mengingat pulang

jika para perantau dikelompokkan berdasarkan lama dia merantau, maka aku akan berada di sebuah kelompok yang mungkin orang lain tidak bayangkan.

usiaku 19 tahun. usia perantauanku 8 tahun. hanya 11 tahun aku tinggal di kampung halamanku, 11 tahun ketika aku berkata ingin pulang maka aku benar-benar akan pulang. ya, terakhir aku pulang pergi sekolah diantar adalah ketika aku kelas 6 SD, itu pun hanya ketika aku harus datang lebih pagi atau pulang terlalu larut, karena tidak ada lagi bis yang lewat. 

Juli 2008, pertama kali aku menginjakkan kaki di ranah perantauan. jarakku dari rumah hanya 100 Km, tapi itu sudah cukup membuatku pulang hanya 2 kali dalam setahun. aku hanya pulang ketika lebaran dan penghujung tahun. begitu selama 2 tahun. namun baiknya, aku tekun sekali mempelajari agama, menghafal al-quran, memahami berbagai macam watak manusia, dan mengejar titel juara di sekolahan. hingga pada mei 2010 aku dinyatakan lulus dari madrasah tsanawiyah dengan nilai yang memuaskan namun bekal agama yang masih kurang. seharusnya, seperti banyak santri yang lain, aku meneruskan aliyah di tempat itu juga. namun karena keserakahan manusia, dengan titel juara yang aku bawa, aku meneruskan pendidikan ke sebuah MAN berasrama di kota Tangerang Selatan. 


bukannya serakah aku memutuskan pergi, tapi karena Ayah dan Ibu bilang aku harus pindah dari pesantren lamaku, katanya karena akhlaq dan sikap yang tidak jua membaik dalam diriku. ah, padahal, keadaanku ini sudah yang terbaik dibanding santri-santri lainnya. aku jarang melanggar, setidaknya kalau di pesantren. aku juga jarang berbuat nekat. tapi tidak dalam ukuran kedua orang tuaku. alhasil, aku bersusah payah untuk bisa menembus sekolah bagus di Tangsel itu. setelah melewati "tes satu hari penuh" di semarang, aku berhasil diterima. dan tiba lah saatnya aku meninggalkan kisah pahit-manis yang 2 tahun terakhir aku jalani bersama teman-teman santri ku.

Juli 2010, aku resmi menjadi satu dari 120 siswa baru di MAN itu. sekolah yang ajaib, dengan bangunan yang megah, guru-guru yang mempesona, makanan-makanan lezat, pelayanan penuh kasih kepada siswa, juga kakak-kakak kelas yang amat membanggakan. menurutku, sekolah ini sesuatu. aku pernah sesekali jalan iseng ke kantor madrasah, dimana beberapa etalase besar dipenuhi piala dan penghargaan disimpan. aku juga pernah sesekali masuk ke ruang dapur, dimana ada panci besar, wajan besar, tumpukan piring yang tinggi, dan juga ada catatan gizi cukup di sisi dindingnya. lalu ketika aku memasuki masjid nya yang sejuk dan khidmat, aku takjub melihat masjid yang selalu penuh, selalu bersih, dan selalu tertata rapi alas kakinya. ditambah lagi, setiap kali aku berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, bertemu orang, pasti saling mengucapkan salam dan tersenyum ramah. bagiku, ini sekolah ajaib!

sekolahku berusia 14 tahun ketika aku menjadi murid baru disana. aku juga, tepat berumur 14 ketika hari kedua ospek disana. kala itu, murid baru digiring ke taman kota yang terletak tidak jauh dari area sekolah. kami diajak berjalan-jalan oleh kakak-kakak sie olahraga. kemudian, terakhir, kami diberi sebuah permainan lucu sebagai perkenalan awal saja. dan tanpa diduga, aku dipanggil, diminta memperkenalkan diri, serta dinyanyikan lagu selamat ulang tahun oleh semua kakak panitia dan teman-teman baruku. nyanyian selamat itu agak lain dr lagu yang biasanya, salah satu kekhasan sekolah ini terletak di ucapan selamatnya. ah, seumur hidupku, sekalinya itu, benar-benar pertama kali ada yang menyanyikan lagu selamat untukku. 

masa ini bagiku, melompat seperti lompatan bola basket. aku melambung sangat tinggi di tempat perantauan kedua. jauhnya sekitar 400 km dari kampung halaman, 20 jam berkendara darat. namun justru aku lebih sering pulang, setidaknya 3 kali dalam setahun. aku juga mulai berubah. mulai sedikit ceria-hingga overload ceria, walau sesekali galau, tapi overall aku saaangat bahagia. sayangnya, disini aku tidak banyak berkembang dari sisi ilmu agama. aku juga tidak sedekat dulu dengan al-quran. aku lebih banyak having fun, mengejar kesenangan organisasi, dan tenggelam oleh asiknya ilmu dunia. entahlah. 3 tahun aku ditempa di kejauhan. aku pulang dengan biasa-biasa saja. agama yang biasa-biasa saja. prestasi biasa-biasa saja. kepribadian juga biasa-biasa saja.

lalu bulan Agustus 2013, aku menjadi mahasiswa baru di Yogyakarta, jaraknya sekitar 150 km dari rumah. ah, tentu saja, kali ini aku justru lebih sering untuk pulang, bisa 10 kali dalam setahun. menyenangkan? tentu saja. kehidupan kampusku menyenangkan. aku menjalani semua hal yang aku suka setiap harinya. mulai dari masuk kelas, masuk lab, masuk masjid, masuk pertokoan, sampai masuk-masuk ke sawah-kebun-atau ladang. meski hanya setahun aku diberi kesempatan merantau di tempat yang indah ini, namun rasanya, kenangan yang kubawa jauh lebih banyak daripada kenangan-kenangan sebelumnya. 

hingga pada Agustus 2014, aku terpaksa pindah kuliah ke kota nan jauh di bagian timur Jawa, menjadi maba FK di kampus Jember. jarakku kini 350 km dari rumah, perjalanan 10 jam melalui darat. aku sering pulang, saaangat sering pulang, bukan karena banyak kesempatan yang aku miliki, tapi karena banyak kesempatan yang aku ciptakan. ini adalah tempat merantau yang keempat. entah apa angka 4 termasuk sial bagiku, tapi aku merasa kurang beruntung terdampar di sini. aku selalu mengingat pulang. seperti hari ini. baru tadi pagi aku sampai di perantauan, sore ini aku sudah mengingat pulang.

ini adalah belasan kalinya aku pulang di tahun 2015. sudah terlalu sering pulang, sampai tidak bisa kuhitung berapa kali dengan teliti. tapi aneh, semakin sering aku pulang, semakin ingin aku kembali pulang dan pulang saja. untuk tahun ke-8 perantauanku ini, aku sama sekali bukan diriku yang dulu. aku dulu betah 6 bulan di kejauhan, yang betah berbulan-berbulan berjarak 400an km dari kampung halaman. tapi sekarang? aku malah mengingat pulang.

untuk kampung halamanku..
hari ini aku mengingatmu lagi. mengingatmu menjaga keluargaku, mengingatmu bercengkerama dengan orang-orang yang aku rindu. 11 tahun saat aku masih bercengkerama bersamamu, berapa lama lagi aku bisa melakukannya kembali di kampung.. halamanku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar