Senin, 05 Juli 2010

menangislah karena kau bukannya gak butuh

Kesan pertama membaca kita ingat cengeng. Kesan kedua kalau kita seorang remaja kita ingat patah hati. Kesan ketiga kalau kita punya adik kita ingat cari perhatian. Kesan keempat kalau kita pelajar kita ingat sebuah kegagalan. Dan berikut kesan-kesan lainnya yang nggak bisa aku sebutkan.

Kadang menangis itu dianggap sebagai sisi kelemahan. Terutama kalau yang menangis itu seorang wanita. Sampai timbul kesan malu pada diri pria untuk menangis. Sering pula seorang dewasa yang menangis itu dianggap seorang yang cengeng.

Apa ada yang salah dengan keluarnya

Jumat, 02 Juli 2010

bakatmu?

Mm,, aku mau komentar sedikit tentang bakat di sini.

Setahuku, bakat itu ada sejak kita lahir. Namun ada juga bakat yang muncul saat kita melakukan sebuah training, kebiasaan, atau semacam hobi. Kadang bakat itu tak terduga sebelumnya oleh kita. Kadang bakat itu terpendam dan terus terpendam tanpa kita buka. Kadang bakat itu adalah hal yang sama sekali tidak kita suka. Kadang bakat itu sangat pas dengan hati kita. Kadang bakat itu ada karena kita memaksa. Karna biasanya bakat itu sesuai dengan minat kita.

Bakat tak selamanya seperti kelihatannya kita. Bakat mungkin juga tak sama dengan kepribadian kita.

Apa bakatku? Aku belum tahu pastinya. Tapi aku yakin, bakatku itu ada dan luar biasa.



Berikut artikel yang kukutip dari sebuah blog:

Saat lahir, kita memiliki 100 miliar neuron. Tiga bulan atau 60 hari menjelang kelahiran, neuron yang kita miliki itu sudah berkomunikasi satu sama lain. Mereka bahkan membentuk jalinan yang dinamakan dengan axon. Lalu, saat jalinan terbentuk, sebuah sinapsis pun otomatis terbentuk.

Di usia tiga tahun, setiap 100 miliar neuron kita itu telah menciptakan jaringan sinapsis dengan neuron lainnya. Koneksi antarneuron inilah yang menjadi awal mula munculnya bakat. Tandanya, anak terlihat aktif luar biasa.

Ya, tanda tersebut kerap mudah kita cermati pada dua periode usia kita, yaitu ketika kita menginjak usia balita dan saat kita berusia belasan atau duduk di kelas 1 atau 2 SMA. Di masing-masing periode itu, kita (anak) dikenal begitu aktif, bahkan saking aktifnya, tak sadar kita seringkali disebut “nakal” tak keruan.

Tentu saja. Karena memang, banyak hal ingin kita ketahui, mencoba, dan lakukan. Kita pasti marah atau memberontak ketika kemauan kita tersebut dihalangi.

Nah, benarkah itu bakat? Rasanya, terlalu cepat kita mengambil kesimpulan bahwa itu merupakan bakat. Mungkin, lebih tepat, hal itu akan menjadi bakat kita atau tidak, karena akan sangat tergantung pada minat kita kelak.

Hal itu membuktikan bahwa setiap jalinan sinapsis akan terus mendorong diri kita untuk tidak henti melakukan apa pun yang kita mau terkait minat kita. Yang terjadi, kita akan kebingungan memilih ini atau itu, mencoba melakukan ini atau itu, dan kita tidak terfokus untuk mematangkan sebuah nilai kompetensi tertentu.

Untuk itulah, di usia 16 tahun, hukum alam memutus separuh dari jejaring sinapsis tersebut. Dan tidak ada manusia bisa membentuknya kembali utuh seperti semula.

Namun, sejak terputusnya jaringan sinapsis itu, bakat kita malah justru benar-benar mulai terasah. Karena hal itu memberi kita ruang lebih luas untuk fokus dan benar-benar mengeksploitasi beberapa sinapsis tertentu.

Melaui artikel di atas, aku menemukan beberapa kesimpulan. Bahwa bakat itu sama halnya dengan bibit yang kita tanam hingga menjadi sebuah pohon yang siap petik. Dan tak selamanya bakat yang dikaruniai Tuhan oleh kita sejak lahir akan menjadi bakat kita untuk selamanya. Bukan saja karena bakat itu tak terasah tapi juga karna tak dikembangkan hingga akhirnya bakat itu menghilang. Sebenarnya kehilangan sebuah bakat itu tak masalah. Karena sudah dipastikan setiap dari kita memilikinya. Entah itu bakat yang memang ada sejak kita lahir ataupun bakat yang ada karna kita memiliki kemampuan setelah kita mencobanya.