Kamis, 31 Januari 2019

Memahami kode-Mu, yang terbaik

Jika dipikirkan terus, aku tak akan menemukan keputusanku.
Jika ditimbang terus, aku tak akan sampai pada kesimpulanku.

Karena aku lemah. Allah bilang ilmu manusia itu terbatas, sedangkan ilmu Allah tidak terbatas. Allah yang menurunkan wahyu ke para nabi. Allah yang utus dan beri petunjuk ke para rasul. Kalau ke aku yang manusia biasa ini, Allah cuma bisa kasih kode-kode.

Hanya saja aku harus pandai memahami kode-Nya. Dalam setiap keputusan, aku harus menyerahkan diri sepenuhnya pada-Nya. Dalam setiap perencanaan, aku harus yakin kalau ketetapan Allah yang terbaik.

Suatu hari ada pangeran muda, tampan, hafal al-quran dan membawa banyak warisan datang ke kediamanku di pucuk kalbu. Merasuk lewat mata dan turun ke hatiku. Pangeran menawariku tumpangan tepat di belakangnya di pelana kuda perang. Aku hanya mampu tersipu dan terus murung. Karena menurut ayah, sang raja di hidupku, aku tak tampak siap untuk pergi dari pelukan ayah dan ibu.

Menunggu terlalu lama, tampaknya pangeran tergesa namun tak kuasa menunjukkannya padaku. Lewat utusan, pangeran menyampaikan maksud aslinya kepadaku. Lantas aku yang lemah ini hanya mampu berdoa minta keputusan terbaik dari Allah. Semuanya apa kata Allah saja, batinku.

Namun, kode dari Allah datang kemudian kepadaku. Dalam gelapnya malam saat itu, aku tak sengaja menemukan secarik kertas bertuliskan bahasa arab dengan tujuan alamat ke putri kerajaan lain yang juga sahabatku. Kupastikan di kemudian hari apa benar surat itu telah sampai padanya, putri menjawab iya. Tapi tidak remuk hatiku saat itu juga. Mungkin ini salah satu kode Allah namun aku tidak langsung menyadarinya. Ego dari perasaanku mengatakan, itu hanya urusan kerajaan, tentu tunggangan kuda perang itu masih menjadi milikku.

Di lain waktu aku akhirnya bersua dengan pangeran di sebuah taman kota yang indah. Bukannya tidak sengaja, tapi pertemuan ini memang direncanakan. Kupikir kali ini akan menjadi kencan indah pertama dalam hidupku. Namun, rasanya tidak nyaman, takut ketahuan orang kerajaan, juga takut kena paparazzi karena disini banyak netizen.

Kode Allah rupanya datang setelah pertemuan kami di taman kota tempo hari. Entah kenapa, aku bertengkar dengan ayah dan ibu. Entah kenapa, ada masalah ekonomi besar-besaran di kerajaan. Ayah sibuk. Ibu juga pusing dibuatnya. Semua menteri juga nampaknya tergesa-gesa dan penuh cemas.

Aku merasa paling sendirian. Tidak punya saudara. Tidak ada teman. Suasana diluar kerajaan sedang kacau dan aku dilarang main keluar. Aku terus berdoa kepada Allah. Seluruh kerajaan dan aku berharap pada pertolongan Allah. Hingga aku lupa kalau pangeran sudah tidak lagi menungguku.

Pangeran sudah menikah dengan temanku dari putri kerajaan lain. Nampaknya kerajaanku yang jatuh miskin ini menjadi tidak menarik di matanya. Baiklah. Allah Maha Benar. Kode-kodeNya tidak kupahami selama ini. Karena begitu sulit. Tetapi, keputusan-Nya selalu yang terbaik. Aku yakin sekali itu.

Dipaksa Bilang

Kamu orang yang tertutup. Terlahir tertutup kemudian belajar caranya public speaking selama 12 tahun kamu bersekolah. Besar tetap tertutup sekalipun kamu mencoba berpikiran terbuka dan selalu ceria.

Kamu introvert. Memahami dunia dan berinteraksi dengan cara diam yang intens. Menikmati keseharianmu dalam berbagai aktivitas, sendiri, menutupinya dari orang-orang yang kamu kenali. Sesekali merasa aneh jika ketahuan. Seringkali merasa takut jika dipaksa bilang.

Dipaksa bilang. Dipaksa menceritakan kebaikan yang kamu lakukan secara diam-diam. Dipaksa menjabarkan perasaan. Dijejali oleh ide-ide keterbukaan yang menurutmu tidak masuk akal. Dimintai tolong untuk selalu terbuka pada apa yang kamu pikirkan.

Tapi kamu tidak suka, meski dunia memaksa kamu untuk bicara. Hanya air mata mu yang keluar karena kamu kehabisan logika yang tepat untuk mencurahkan yang sebenarnya kamu rasakan. Sebanyak apapun kamu berusaha bilang, sebanyak itu pula kamu merasa semakin buruk.

Karena kamu memahami dirimu, namun sulit membuat orang lain memahami dirimu.