Minggu, 04 Maret 2012

mimpi presenter wanna be

Singkat cerita, semenjak menginjakkan kaki di Insan Cendekia tiga kali setidaknya saya mendapat jatah menjadi pembawa acara. MC atau anak acara atau panitia lah sebutannya.

Pertama, jadi anak acara perpisahan anak kelas tiga waktu saya masih kelas satu dulu. Ngomong-ngomong itu acara paling bergengsi buatan anak kelas satu di periode saya.

Kedua, anak acara PTS. Semakin asyik akan semakin berguna. Bekerja tujuh hari penuh, siang-malam, selalu setia menebar senyum, dan harus rela meninggalkan segenggam jadwal pelajaran di awal tahun ajaran kelas 2. Ya, PTS itu wadah buat para siswa baru di sekolah saya untuk lebih mengenal sekolah mereka ini luar dalam. PTS, pekan ta'aruf siswa -pekan perkenalan siswa-. Kolaborasi OSIS dengan sekolah, demi dedikasinya kepada siswa baru yang umumnya masih bau kencur dan nggak tahu menahu tentang sekolah baru mereka ini. Sebagai anak acara, saya ditantang untuk membawa semangat anak-anak baru ini kembali setelah dimarahin-dinasehatin ini itu sama petugas tata tertib, yang notabene dari siswa juga. Istilahnya sih, senior galak. Haha, nggak galak nggak mempan sih.

Terakhir, baru saja saya jalani di penghujung Februari ini. Membawakan acara paling bergengsi di sekolah saya, Sonic Linguistic 2012. Oke, sebenarnya saya cuma mem-presenteri sub-acaranya doang. Band Competition of Sonic Linguistic 2012. Yap, sebenarnya saya adalah satu dari 5 panitia lainnya di Band Competition ini, Dan lagi-lagi, acara yang membawa serta panggung seharga jutaan ini tentunya butuh presenter. Haha, mau tidak mau kami berenam melakukannya.

3 kali bukannya kesempatan yang sedikit. Dari yang awalnya saya nggak percaya ditunjuk sebagai anak acara sampai saya sadar saya nggak kompeten dalam membawakan sebuah acara.

Terlalu banyak komentar miring yang saya terima dari teman-teman saya. Saya tahu, saya cuma modal pede doang di panggung itu. Sisanya, tampang nggak nguatin, sok asyiknya nggak banget, dan gayanya nggak menarik.

Bukannya saya langsung patah semangat. Tapi saya malah senang, seperti mendapat motivasi besar yang selama ini sangat jarang bisa saya dapatkan.

Ya, saya bersyukur. Setidaknya demam panggung saya yang sebelumnya saya kira sudah mendarah daging telah sirna. Saya nggak grogi lagi di panggung. Saya nggak malu.

Saya cuma butuh belajar sedikit lagi untuk mewujudkan keinginan saya. Dan saya masih ingin kesempatan itu ada. Tolong bantu saya mengirim "Amin" kepada Yang Maha Kuasa. Supaya mimpi saya yang satu ini cepat terwujud.

Terimakasih, "Amin"nya. Terimakasi teman. Termakasih banyak.


punya jadwal casting

Jadwal Syuting?

Oh God! Bukannya sekarang saya udah jadi artis betulan atau semacamnya, tapi saya emang punya jadwal syuting. Mm.. memang nggak terlalu mengikat sih, bisa diundur kapan aja karena memang nggak akan diputer di bioskop. Ah, boro-boro bioskop, TV rumah sendiri aja nggak bakalan sudi buat kasih tumpangan tayang.

Trus iseng dong? Haha, nggak juga sih! Ini Tugas. Tugas dari guru fiqih kolaborasi dengan guru bahasa indonesia saya di SMA. Eh, saya anak MAN sih, bukan SMA. :)

Berawal dari keharusan saya (saat ini kelas 2 SMA) belajar ilmu waris yang cukup ribet, banyak, dan menguras