Selasa, 29 September 2015

angin dan hening

angin
angin kau diam
angin kau tak lagi berbisik
dipukul benalu pun kau tak bergeming dari satu titik
di dalam gelas itu 
kau pun hanya menggenang
hening begitu saja


hening
mendadak air ikut sepi
langit tak beranjak penuh misteri
ilalang tertidur tiada getaran
apalagi kotak kecil ini, sunyi 


pulang
mungkin semuanya sedang pulang
mungkin pertemuan kita sementara ini dibuang
hanya harus menunggu
sampai waktu aku pulang tiba
hanya harus tahu
aku pasti akan pulang jua


meninggalkan hening sendirian
karena hening
karena diam
karena tanpa suara
tak ada pikiran-pikiran jika hening disana
tak ada penciptaan sebelum hening ditinggal Tuhannya
seperti tiada kemajuan jika sepi masih di udara


senja selalu bahagia
tapi hening
hanya sibuk dalam pikiran kosong
tanpa ibu dan ayah, hening ialah teman
jangan biarkan hening duduk sendirian

Persaudaraan langit dan hening, mengudara.. 

Minggu, 27 September 2015

when i wasn't my self

Quote banget malam ini :')
sosok kakak itu kini kembali. dia bukan lagi anak SMA yang memakai baju putih abu-abu sepertiku dulu. dia kini calon psikolog, sering menjadi pembicara di berbagai pelatihan, dan sebentar lagi akan menjadi lebih hebat dari siapapun. dan dia tiba-tiba kembali, meski waktu telah lama berlalu, namun dia tetap sosok kakak yang sama, sedari dulu.

kata nya aku berubah daripada setahun lalu ketika aku kuliah di jogja.. ah apa iya..

Sabtu, 26 September 2015

sejenak mengingat pulang

jika para perantau dikelompokkan berdasarkan lama dia merantau, maka aku akan berada di sebuah kelompok yang mungkin orang lain tidak bayangkan.

usiaku 19 tahun. usia perantauanku 8 tahun. hanya 11 tahun aku tinggal di kampung halamanku, 11 tahun ketika aku berkata ingin pulang maka aku benar-benar akan pulang. ya, terakhir aku pulang pergi sekolah diantar adalah ketika aku kelas 6 SD, itu pun hanya ketika aku harus datang lebih pagi atau pulang terlalu larut, karena tidak ada lagi bis yang lewat. 

Juli 2008, pertama kali aku menginjakkan kaki di ranah perantauan. jarakku dari rumah hanya 100 Km, tapi itu sudah cukup membuatku pulang hanya 2 kali dalam setahun. aku hanya pulang ketika lebaran dan penghujung tahun. begitu selama 2 tahun. namun baiknya, aku tekun sekali mempelajari agama, menghafal al-quran, memahami berbagai macam watak manusia, dan mengejar titel juara di sekolahan. hingga pada mei 2010 aku dinyatakan lulus dari madrasah tsanawiyah dengan nilai yang memuaskan namun bekal agama yang masih kurang. seharusnya, seperti banyak santri yang lain, aku meneruskan aliyah di tempat itu juga. namun karena keserakahan manusia, dengan titel juara yang aku bawa, aku meneruskan pendidikan ke sebuah MAN berasrama di kota Tangerang Selatan. 

Selasa, 22 September 2015

sajak untuk senja



Untuk senja. 
Jaga bahagiamu seperti engkau menjagaku bahagia di awal malam meski hari yang melelahkan.


Untukmu.
Karena telah mengembalikan senyumku. 
Mementingkan senyum mereka, sebelum senyumanmu. 
Miss you


Karena bagiku, berkorban bukan utk terus mencintai. Tapi karena mencintai, aku bertahan dalam pengorbanan.

dear, calon pasienku

Hari ini, calon doktermu telah menyelesaikan secuil ujian yang sama sekali tidak ia mengerti penyelesaiannya. Saat seharusnya berperan menjadi dokter dihapan keluhan-keluhanmu, rasa sakitmu, atau kesulitanmu menjalani hidup yang normal.. dia justru termangu tidak paham apa yang harus ia tulis, apa yang harus dia katakan, apa yang harus dia lakukan terhadapmu..

Tak satu pun persoalan itu ia selesaikan dengan keyakinan. Ia bahkan sama sekali tak bisa memahamimu. Ia tak mengerti maksud keluhanmu. Ia tak bisa membedakanmu dari pasien-pasien yang lain.. 

Senin, 21 September 2015

Simple Plan - Save You



"Save You"

Take a breath
I pull myself together
Just another step till I reach the door
You'll never know the way it tears me up inside to see you
I wish that I could tell you something
To take it all away

Sometimes I wish I could save you
And there're so many things that I want you to know
I won't give up till it's over
If it takes you forever I want you to know

When I hear your voice
Its drowning in a whisper
It's just skin and bones
There's nothing left to take
And no matter what I do I can't make you feel better
If only I could find the answer
To help me understand

Sometimes I wish I could save you
And there're so many things that I want you to know
I wont give up till it's over
If it takes you forever I want you to know

That if you fall, stumble down
I'll pick you up off the ground
If you lose faith in you
I'll give you strength to pull through
Tell me you won't give up cause I'll be waiting if you fall
Oh you know I'll be there for you

(Ahahaha)
If only I could find the answer
To take it all away

Sometimes i wish i could save you
And there're so many things that I want you to know
I wont give up till it's over
If it takes you forever I want you to know
(Oh)
I wish I could save you
I want you to know
(Ohohh)
I wish I could save you (oh)

Minggu, 20 September 2015

kenapa amat menyakitkan?

Ketika memendamnya terasa sesak, kenapa ketika diutarakan menjadi amat menyakitkan, Langit?

Aku menyesal telah mengatakannya. Walaupun jika tetap aku pendam, tidak akan ada yang bakal berubah. Tapi pengakuan ini amat menyakiti hatiku. Langit.. apakah kamu tahu rasanya?

Hari minggu pertama di tempat itu, aku mengalami kesulitan yang amat sangat menghadapi massa yang terus membuat masalah di depanku. Teriakan pertamaku tidak digubris, berikut gertakan kedua, ketiga, dan seterusnya. Mereka justru sedang bertengkar di hadapanku. Oh tidak... aku harus bagaimana aku tak tahu. Lalu Bapak itu datang menghampiri dan membantu menyelesaikan masalahnya. Mereka kembali diam, tenang, dan dapat dikendalikan olehku. 

Hari esoknya, aku kembali ke tempat itu. 
Aku asyik bermain dengan penduduk setempat. Saling memberi salam, mengatakan apa kabar, dan gembira riang. Hari itu aku hanya berjalan-jalan keliling desa dan kemudian kembali ke tempat itu. Lantas aku dan kawan-kawan melakukan senam bersama ketika pagi mulai memanas dan siang mulai diam-diam menghampiri.  

cita-cita, aku pasti bisa!

"Lagi pengen nulis..", ini yang dia lakukan untuk mengambil laptop yang dia simpan di dalam lemarinya. Laptop yang hanya dia gunakan saat ingin menulis atau mengerjakan tugas.

Lain sekali dengan aku dimana laptop belahan jiwa ku. Hampir tidak pernah aku menyimpannya, bahkan lebih sering aku bawa kemana-mana dalam keadaan hibernate daripada di shut down kan. Hehe.. Lalu kali ini aku membuka laptopku karena ingin menulis.. tidak apa-apa sedikit meniru gaya nya. hehe.. 

Seperti sabtu-sabtu yang lalu, aku dan kawan-kawan masih datang ke SD binaan kami di desa Darsono. Hanya saja hari ini sedikit berbeda, karena kami mengadakan kegiatan ekstra Lomba Mewarnai, Membaca Puisi, dan Lomba Suporter untuk adek-adek di sana. Kegiatan hari ini kami beri nama FESTIVAL AKU BISA dengan tema "Cita-Cita". Ya, karena kami selalu yakin, adek-adek Darsono pasti bisa menggapai semua cita-citanya.   


Ini salah satu anak kelas 1 yang imut banget, karena hasil mewarnainya sudah selesai dia akhirnya menggambar sekreasinya sendiri. Ahh.. lucu banget. 

Jumat, 11 September 2015

buah kasih negeri ini butuh cahaya

 Aku dan Nafthah mengajari mereka bernyanyi dalam bahasa Inggris. Kami pun tahu bahwa mereka tidak terbiasa melakukannya. 


 Aku bersemangat sekali mengajari mereka membaca lirik satu kata demi satu kata seperti ini. Walaupun sudah diulang berapa kali pun, mereka tetap tidak biasa melakukannya. Sedangkan Nafthah membantuku berteriak karena ternyata suaraku sangat kecil. Hehe


Anak-anak ini sangat antusias ketika mengetahui kami, kakak-kakak guru, datang ke sekolah mereka. Namun semangat mereka adalah semangat bermain, Jadi kami harus berusaha ekstra mengajari mereka ilmu sekolah dengan metode permainan.

Kamis, 10 September 2015

dia bertanya apa aku lelah

Siang itu matahari bersinar terik. Jika orang lain sudah malas untuk keluar rumah, aku dan kawanku justru sedang menelusuri sawah dan ladang bersama anak murid kami di sebuah desa. Sejak pagi, kami berjalan bersisian mengelilingi desa tempat mereka tinggal. Satu kilo, dua kilo, dan berkilo-kilo kami berjalan namun tidak sampai juga. Anak-anak ini mengajak kami kesana kemari, menunjuk satu demi satu tempat yang ingin mereka perlihatkan kepada kami, kakak-kakak guru.  

Kami mulai berjalan pukul 8 pagi. Namun hingga pukul 10, tempat tujuan kami belum kelihatan juga. Entahlah, apa aku lelah. Setiap langkah yang aku ambil dengan sangat lunglai, selalu dibarengi dengan pertanyaan anak-anak manis itu, "Capek, kak?" namun aku selalu menjawabnya dengan riang, "Enggak kok, kakak masih kuat." Bagiku, perjalanan ini sangat menyenangkan. Hanya fisik ku yang merasa lelah, namun hatiku sangat bahagia dan bebas. Aku merasa bebas dan hidup kembali sebagai diriku.

Rabu, 09 September 2015

maafkan diri sendiri

Kunci: jangan berpikir, tapi rasakan kembali..

Jangan berpikir.. ketika kamu bersusah payah membenci seseorang, lantas seseorang itu menjadi susah karenamu. Jangan engkau pikir, orang itu akan kesulitan memikirkan cara berdamai denganmu. Bukan seperti itu. Dia bahkan tidak sedikit pun mengingatmu. Dengan mudah, orang itu mengabaikanmu, membiarkan lewat saja rasa benci mu padanya. Meski bertubi-tubi rasa benci kau tunjukkan, dia tetap akan membiarkanmu begitu. DIa tidak akan menunggu apapun. Bahkan dia tidak peduli, meski kamu menyelam dalam kebencianmu, susah payah menunjukkannya ketika bertemu. 

Kamu merasakan susah sendiri. Dia tidak tertarik membersamaimu dalam peperangan yang engkau ciptakan sendiri. 

Rasakan kembali, apakah kamu benar-benar membenci nya? Atau... membenci dirimu sendiri?