Senin, 07 Oktober 2019

Kualitas Dunia atau Akhirat?

Bismillahirrahmanirrahim..

Selamat pagi, semuanya!
Sudahkah kita memulai sesuatu dengan bismillah, dan meniatkan semuanya untuk beribadah kepada Allah?
Mulai pagi ini, mari kita awali setiap kegiatan kita dengan bismillah ya. Kenapa? Agar setiap amalan kita dapat berkualitas akhirat, agar segala perbuatan dicatat sebagai hal yang baik, dan diterima oleh Allah SWT.

Bagaimana dengan kualitas dunia? Insyaallah, jika Allah saja mengakui perbuatan kita, maka apalagi hamba Allah bukan? Jika tulus dalam setiap perbuatan kita, masyarakat akan menerima dan merasakan kebaikan itu.

Lalu, mana dulu, kualitas dunia atau kualitas akhirat? Tentu, jika bisa keduanya akan lebih baik. Tapi kalau harus memilih salah satu, maka, pilihannya tentu saja kualitas akhirat. Karena, hidup di dunia hanya sementara dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Apa yang kita jalani saat ini mungkin akan berakhir saat kita mati, mungkin 60 tahun, mungkin sampai 90 tahun yang itu pun sudah lama sekali rasanya. Akan tetapi, saat di akhirat nanti, menanti di padang mahsyar saja rasanya seperti 5000 tahun, lho! Belum dengan fase-fase akhirat yang lainnya. Maka dari sini, kita harus sadari bahwa dunia itu adalah benar-benar-benar sebentar.

Saat kita lahir, kita lahir dengan tidak punya apa-apa selain tubuh dan potensi di dalamnya, yang semuanya adalah pemberian Allah SWT sang pencipta. Pun, saat kita wafat nanti, hanya tubuh kita yang dibungkus dengan selembar kain kafan, tidak ada yang lain. Hanya saja kita juga membawa catatan amal kita, yang baik dan yang buruk, serta ada 3 hal yang sifatnya terus bertambah nilainya walaupun kita sudah di alam kubur yakni amal jariyah: ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah, dan doa anak kita yang sholeh/ah.

Lantas, semua yg kita usahakan di dunia, tidak ada satu pun yang kita bawa. Harta, takhta, wanita/pria, dan anak-anak.. semua kita tinggalkan dan sudah tidak ada lagi nilainya di hadapan Allah SWT. Maka, semua kesukaran yang kita alami untuk meraih dunia, semua kenikmatannya berakhir tepat saat kita menghembuskan napas terakhir kalinya. Bahkan mungkin, sudah berakhir sejak kita terbaring sakit dengan selang-selang di rumah sakit, divonis koma atau mati batang otak. Naudzubillah min dzalik!

Clue-nya di Al Quran sudah jelas, bahwa manusia dan jin itu diciptakan tidak lain untuk beribadah kepada Allah SWT. Artinya, saat sesuatu dilakukan bukan untuk beribadah kepada Allah, maka itu menyalahi fitrah dan otomatis tidak akan diterima di sisi Allah SWT.

Bayangkan, sama-sama bekerja, sama-sama lelah fisik dan pikiran, sama-sama membuang waktu, dan sama-sama berkualitas, tapi karena si A bekerja untuk uang dan B bekerja untuk menolong agama Allah, nilai pekerjaan mereka menjadi sangat berbeda di sisi Allah SWT.

Si A, bekerja untuk uang semata. Pekerjaannya berkualitas dunia, tentu saja. Namun tidak ada kualitas akhiratnya. Baik, namun sia-sia. Mendapat uang, namun tidak mendapat pahala.

Si B, bekerja untuk menolong agama Allah. Pekerjaannya berkualitas dunia, bisa jadi. Namun pasti berkualitas akhirat, karena dia pun sedang beribadah dengan berdakwah. Apakah si B mendapatkan uang dari pekerjaannya? Bisa jadi, jika ia memang melakukan pekerjaan di sebuah perusahaan. Dan dia melakukan pekerjaannya dengan baik sekali, agar menjadi contoh pegawai yang lain, dan tetap berusaha menjadi muslim yang taat, agar orang-orang di kantor menjadi respect terhadap islam.

Nah, bagaimana agar setiap pekerjaan kita dapat berkualitas akhirat, tambah lebih baik lagi jika dobel dengan kualitas akhirat ya?

Mudah, kok! Tinggal luruskan saja niatnya, untuk Allah, untuk menolong agama Allah, untuk memperbaili citra islam, untuk mengajak orang lain mempelajari islam, atau benar-benar melakukan pekerjaan jihad di medan perang. Hehe, ekstrim sekali sih ya kalau sampai ke medan perang.. tapi ada kan pekerjaan seperti itu.. menjadi tenaga medis dalam peperangan, bagian persiapan logistik, bagian media..

Misalkan kita seorang penulis, maka saat kita menulis yang baik-baik, usahakan tulisan kita ini akan menolong agama Allah yakni agama islam. Mungkin dengan menyertakan ayat-ayat Allah di sudut tulisanmu, mungkin di dalam kata pengantar sebuah buku, atau mungkin malah menuliskan hal-hal yang bertemakan islam.

Ingat, saat menulis, jangan diniatkan agar nama kita terkenal semata. Agar nama kita diingat? Tidak tidak. Tentu saja dengan menulis, itu bonusnya, nama penulisnya akan diingat selama bukunya masih dibaca. Tapi, niatkanlah, menulis agar ilmunya abadi, agar ilmunya tidak berhenti di kita. Kalau menulis hal baik, agar kebaikan tidak berhenti di kita. Tulisan itu sebagai sarana dakwah juga, ketika kita menurunkan ilmu yang Allah berikan ke kita, orang lain bisa mendapatkan ilmunya lewat tulisan kita. Begitulah, sehingga tulisan kita, menjadi berkualitas dobel, dunia serta akhirat.

Semuanya pekerjaan kita harus berangkat dari niat, yang bisa kita terapkan ke pekerjaan apapun. Pun, dengam membaca bismillah sebelum memulai pekerjaan. Jika takut lupa, maka bisa kita biasakan ucapkan bismillah setiap pagi hari sebelum memulai aktivitas, dengan berdoa kepada Allah agar segala perbuatan kita hari ini dapat diterima di sisi Allah SWT.

Minggu, 06 Oktober 2019

Re-hecting "menjahit lagi"

Hai, semuanya!
Saat ini usiaku 23 tahun. Ketika teman-temanku sudah banyak yang bekerja bahkan menikah dan punya anak, aku masih sekolah dan belum selesai-selesai. Hehe. Doakan ya, semoga tahun depan sudah bisa lulus. Aamiin.

Sebenarnya sejak kecil, aku tidak tahu ingin jadi apa. Aku sesekali bilang kalau aku ingin jadi dokter. Tapi ternyata sebetulnya bukan. Itu karena ayahku seorang dokter dan beliau sering bilang aku anak pintar dan bisa jadi dokter. Akhirnya, aku pikir aku bisa menjadi dokter. 

Saat SD, impianku menjadi siswa teladan saja. Dan hal itu tercapai saat aku kelas 6 SD, aku berhasil menjadi juara harapan III siswa teladan se-Jawa Timur. Walau hanya lingkup provinsi, ya tapi aku sudah sangat senang.

Setelah lulus, aku masuk pondok. Cita-citaku berubah dan saat itu aku tiba-tiba ingin ke luar angkasa. Tiap hari aku mempelajari bentuk-bentuk rasi bintang yang terlihat dari lapangan basket di sekolah. Aku mempelajari bagaimana mencari arah timur, barat, dan tenggara dari penduduk langit. Sampai aku begitu mengagumi bulan. Saat SMA, aku memiliki nama pena, Aktivis Rembulan.

Kemudian saat kuliah, aku pertama kali mendapatkan bangku kuliah di Universitas di Jogja, jurusan pertanian. Berawal dari rasa suka ku dengan bunga2 an, aku nekat memilih jurusan disana. Aku langsung diterima saat sbmptn, alhamdulillah. Aku menjalaninya dengan bahagia. Kupikir, karena aku suka menanam, ternyata karena aku suka keindahan. Begitu indah taman-taman jika dipenuhi tanaman yang terawat dengan baik, pikirku kala itu.

Namun, karena orang tuaku hanya ingin aku menjadi dokter, aku mengambil tes kuliah lagi. Hingga akhirnya kini jadilah aku yang sekaranf. Sebuah identitas bernama koas. Ini sudah tahun kelima aku bersekolah di kedokteran. Alhamdulillah, aku juga menemukan hal yang aku sukai belakangan ini. Aku suka sekali tindakan-tindakan kedokteran, terutama di ruang operasi. Tentang bedah, jahit menjahit dan iris mengiris *bahasa kerennya insisi. Hihi.

Ngeri ya? Kalau suka, tidak jadi ngeri kok.
Ternyata, hal ini ada hubungannya juga dengan keindahan serta kerapian, yang baru aku sadari sekarang. Aku memikirkannya sejak lama, bagaimana mungkin aku suka melukai orang begitu ya dengan pembedahan. Hehe. Ternyata, setelah dioperasi, tubuh yang awalnya tidak normal, bs menjadi normal kembali. Awalnya ada benjolan, lalu menjadi hilang benjolannya, dan bentuknya menjadi indah lagi. Apalagi kalau kita melakukan pembedahan dengan hati-hati, saat mengirisnya di arah yang lurus, kemudian menjahitnya dengan rapi, akan menghasilkan belas luka yang bagus juga.

Aku kok jadi menghubung-hubungkan sesuatu ya, hehe.

Beberapa hari terakhir ini, aku juga jadi hobi menjahit hal lain, yaitu baju dan tas yang sudah lama robek. Ternyata, menjahit itu menyenangkan sekali untukku, tidak hanya di ruang operasi saja.. kalau nanti aku tidak jadi dokter bedah, aku mau jadi penjahit saja ah... hehe. Semoga kita semua selalu bahagia dengan pekerjaan kita yaa... aamiin

Ini dia salah satu hasil jahitanku yang paling sulit, aku belum bisa yang pakai mesin, tapi tetap indah dan rapi kan yaa

Kamis, 03 Oktober 2019

Menangis Saja Dek

Aku tahu kamu hari ini melewati waktu yang berat, hatimu luka, pikirmu lelah, dan jiwamu kosong.
Tanpa kamu perlu cerita, tatapanmu memberi tahuku segalanya.
Menangis saja, dek.
Aku akan menerimanya.
Aku janji tidak akan menertawai muka lucumu ketika menitikkan air mata.

Hari-hari yang berat akan berlalu.
Hal-hal yang baik telah menunggu.
Beban beratmu bisakah kau bagi saja denganku?
Menangis saja, dek.
Aku lebih baik kalau kamu menggerutu.
Daripada diam namun kau menyimpan sejuta kelu.
Mengilukan hati saat harus melihatmu begitu.

Coba saja, pahamilah dirimu yang rindu.
Coba saja, terima segala kekesalanmu.
Kau boleh marah tapi aku tahu kau tak pernah bisa melakulannya, kan?
Sudah ya tidak apa-apa.
Kau bisa menangis di depanku.
Kau boleh menangis tanpa malu.