Selasa, 02 April 2019

Energi negatif di tubuhku?

Sebelumnya aku meminta maaf karena judul postinganku kali ini sudah mulai ngelantur. Jauh sekali dari ekspektasi teman-teman yang mengenalku sebagai seorang perempuan, cantik, ceria, sering memberi semangat, punya energi ekstra, dan penuh dengan aura positif (?) Apakah kalian melihatku seperti itu?

Kali ini aku akan menceritakan, atau mungkin menggambarkan tentang energi negatif yang sebetulnya lebih banyak kumiliki, jika saja bukan Allah yang menguatkanku, jika bukan Allah yang melindungiku. Selama 5 tahun terakhir, selama aku studi di sini.

Setiap aku berkeluh kesah, dan itu hampir setiap saat, aku justru semakin sedih ketika akhirnya aku menyadari, aku cukup sering mengeluh. Dan terkadang aku sampai mengutuk diriku sendiri, menyalahkan diriku sendiri, sampai aku terlambat menyadari bahwa aku memang perempuan. Perempuan memang bisa saja diciptakan perasa, sensitif, kadang pun berlebihan menilai sesuatu dengan melibatkan perasaan. Tapi aku seperti hanya ada perasaan negatif yang menguras energiku setiap hari.

Aura negatif ku kadang sudah tak terbendung. Membuatku ingin menuliskannya di suatu tempat tapi ku urung. Setiap kali ku urung, ku simpan sendiri, hanya kuceritakan pada angin dan rerumputan, kadang hanya pada tembok yang membeku di tiap malamnya. Kadang aku teteskan air mataku, membawa cerita resahku mengaliri lantai-lantai yang dingin.

Aku merasa negatif. Dan aku merasa sendiri. Sulit untuk membagi resah dan khawatir ku kepada yang lain, sulit melihat bahwa pertolongan itu amat dekat, tapi tak pernah kuraih. Hari demi hari hanya mengutuk diri. Membuat setiap sendi dan lekukan nadi ini menjadi semakin negatif. Dan semakin buruk.

Ketika aku hanya fokus pada hal hal negatif dari setiap kejadian, aku merasa sangat perih. Aku hanya ingin menangis tapi aku malu terlihat lemah. Aku tidak tahan melihat orang akan meremehkan karena air mataku. Aku pun tidak tahan ketika orang lain menemukanku sebagai seseorang yang hanya cari perhatian dengan tingkahku.

Aku selalu bersedih saat aku tidak bisa. Kemudian aku menyerah karena aura negatif ku lebih berkuasa. Tidak ada lagi keinginan ku untuk berbenah karena kurasa itu akan sulit. Aku seolah tidak tahan dengan kesukaran yang sedikit. Aku cenderung melebih-lebihkan kekurangan dan menjadikannya alasan untuk berhenti berusaha dan mengusahakan. Apalah aku yang sekarang ini, tidak lagi punya amunisi, ambisi, atau bahkan sekedar motivasi. Cukup untuk menjadi 1 persen lebih baik pun tidak kuamini. Tidak ada lagi ide-ide positif dalam benak dan pikiran. Tidak ada lagi kepercaya dirian yang tertinggal di lubuk hati.

Entah apa yang sudah kulakukan selama 5 tahun terakhir ini. Hingga energi negatifku mendominasi. Mengikisi seluruh energi positif yang lama kupelihara hingga aku SMA dulu. Entah kesulitan apa yang kutemui dalam perjalanan 5 tahun terakhir ini. Hingga habis sudah ide baik di dalam hati. Habis sudah rasa syukur, rasa happy, rasa tenang, rasa percaya diri. Hanya terpupuk rasa putus asa, rasa sedih, rasa sesak, dan kecewa di dada.

Energi negatif telah menggerogotiku. Energi positif mungkin enggan kembali padaku. Hanya Allah tempatku berharap. Hanya menulis tempatku berkisah. Tak sanggup bersuara karena hanya akan keluar isak. Tak sanggup berbuat karena yang terjadi hanyalah maksiat.

Ampuni aku dan energi negatif ini, Ya Rabb!

Allahumma inni nas'aluka ridhoka wal jannah. Wa 'audzubika min sakhatika wan narr.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar