Kamis, 16 Mei 2019

Berdoa tapi putus asa

Berdoa, setiap hari, dicatati oleh nya satu persatu, doa yang diajarkan oleh ustadz di daring-daring kajian yutub. Dia tempel catatannya, di tembok, tempat dia menghadap kiblat saat sholat. Supaya dia baca, supaya dia ingat untuk melantunkan doanya, terutama dalam setiap sholat, dalam setiap sujud dan takbirnya.

Allahuakbar.

Dia begitu putus asa. Sampai semua doa para sahabiy dan tabi'in dia tirukan. Sampai-sampai asmaul husna dia sebutkan satu persatu secara serabutan. Dia tergesa-gesa, mungkin juga ada ketakutan. Karena mungkin hidupnya tidak akan lama lagi. Napasnya terkikis oleh ketidakberdayaan dirinya di dunia yang keras ini.

Dia catat doa Bilal bin Rabbah. Dia tulis doa Abu Bakar as Shiddiq. Dia hapalkan doa rutin Muadz bin Jabbal. Dia tirukan. Dia coba beri pengharapan dalam setiap tutur doanya. Dia baca di setiap sujudnya. Dia lantunkan doa diantara dua sujud, perlahan, pelan-pelan, supaya tidak terlewat dari seluruh item doa di dalamnya.

Dia tarik napas lemah di setiap permulaan doa. Dia hembuskan napas lirih-lirih di setiap pengakhiran. Begitu lemah. Tiada daya yang dimilikinya saat ini selain perkataan doa pada Rabb-Nya. Begitu selama ini yang dipikirkan oleh hamba tersebut.

Hamba ini rajin sekali berdoa. Berharap banyak kebaikan dari doa-doanya. Tapi sebatas itu. Dia merasa tidak berdaya hingga berdoa pun dia terlihat sangat putus asa. Ikhtiar nya berhenti di doa. Adakah dia mencoba bangkit? Adakah dia merasa bersemangat setelah setiap doa?

Maka, dapatkan kita temukan hikmah dibaliknya?

Betul, jika kamu berpikir dia kurang percaya diri. Dia sangat bergantung pada Rabbi, tapi dia tidak percaya Rabbi nya adalah cukup baginya untuk mem backing dia dalam hidup ini. Rabb nya lah yang akan memberi dia daya dan upaya. Rabb nya lah yang menyuruhnya untuk tidak pernah putus asa. Rabb nya yang suruh hamba untuk berusaha semaksimal, dengan semangat jihad, dan niat lillahi ta'ala. Sehingga hasil dari upaya seorang hamba, tidak boleh sekali-kali diukur dari penilaian manusia.

Hasil jelek, mutung. Upaya keras, hasil upah tidak sebanding, mengeluh. Belajar keras, ujian sulit, nilai tidak lulus, langsung putus asa. Bukan sayang, bukan seperti itu ikhtiar dalam setiap doa. Tapi tetap semangat, tidak mengukurnya dari standar manusia. Karena niat yang lillai ta'ala, seharusnya mengantarkan dia dalam pemahaman, bahwa Allah yang akan menghargai usaha kita dengan ganjaran yang paling adil. Tidak harus di dunia, tapi Allah simpan untuk di akhirat kelak. Dengan iming-iming investasi surga, sesungguhnya, seorang mukmin tidak punya alasan untuk berputus asa. Wallahu'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar